WASPADAI TBC PARU PADA ANAK
TBC atau tuberkulosis adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium
Tuberculosis. Penyakit ini biasanya menyerang paru-paru, namun dapat juga
mengenai hampir semua organ tubuh. WHO memperkirakan kematian akibat TBC lebih
banyak daripada kematian akibat malaria dan AIDS. Tidak hanya menyerang orang
dewasa, TBC juga dapat menyerang anak-anak. Diperkirakan 10-15% kasus TBC
di Indonesia menyerang anak berusia 0-14 tahun.
Di Kota Pekalongan, angka penemuan kasus TBC pada anak
masih sangat jauh dari yang seharusnya ditemukan. Apakah hal ini karena para
orang tua tidak menyadari gejala TBC pada anak?
TBC pada anak memang tidak menular, namun jika lama
dibiarkan dan tidak diobati, TBC pada anak sangat berbahaya.
Bagaimana mengetahui
adanya TBC pada anak?
Kasus
TBC pada anak layaknya bongkahan gunung es di lautan. Jumlahnya banyak, namun
sering kali orang tua terlambat mengenali. Sebenarnya ada dua pendekatan yang
cukup mudah dilakukan sebagai langkah awal untuk mendeteksi TBC anak, yaitu :
1) Waspadai anak yang kontak erat dengan
pasien TBC dewasa aktif dan menular. Kontak erat maksudnya adalah anak yang
tinggal serumah atau sering bertemu dengan pasien TBC menular, misalnya anggota
keluarga, tetangga, atau kerabat yang sehari-hari berinteraksi dengan anak.
Laporkan segera bila di rumah Anda ada yang menderita TBC menular, baik TBC
paru atau TBC lainnya. Biasanya TBC menular diderita oleh pasien dewasa yang
hasil pemeriksaan dahaknya menunjukkan adanya kuman (biasanya disebut BTA
positif). Walaupun anak tidak menunjukkan gejala sakit, Anda wajib memeriksakan
anak pada dokter untuk dilakukan skrining TBC dan upaya pencegahan.
2)
Perhatikan gejala dan tanda klinis yang
mengarah ke TBC.
Memang
lebih sulit menemukan TBC pada anak, karena gejala TBC anak tidak sejelas TBC
dewasa (tidak ada gejala khas TBC pada anak).
Pada
orang dewasa, gejala TBC biasanya menunjukkan gejala yang khas antara
lain batuk berdahak lebih dari 3 minggu, berkeringat pada malam hari,
nafsu makan menurun dan berat badan menurun.
Pada anak, ada 6 gejala umum TBC yang
sering muncul, antara lain :
- Nafsu makan berkurang atau tidak ada sama sekali (anoreksia), disertai gagal tumbuh. Berbeda dengan orang dewasa yang gejala utamanya batuk lama, pada TBC anak gejala pertama yang dikenali orangtua adalah pertumbuhan anak yang lebih kecil dari seusianya. Anak terlihat kurus.
- Permasalahan berat badan. Berat badan turun selama 2-3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas ATAU Berat badan tidak naik dengan cukup, ATAU berat badan tidak naik dalam 1 bulan setelah upaya perbaikan gizi yang baik.
- Lesu atau malaise. Anak terlihat malas dan tidak bertenaga melakukan kegiatan. Anak pun terlihat kurang aktif jika diajak bermain.
- Batuk lama 3 minggu atau lebih. Batuk bersifat non-remitting yaitu batuk yang tidak pernah reda dan semakin lama semakin parah.
- Demam lama (2 minggu atau lebih) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas. Demam umumnya tidak tinggi (badan hangat saja) dan berlangsung lama. Dapat pula disertai keringat malam. Demam yang dialami tidak disebabkan oleh demam tifoid (tipes), infeksi saluran kemih, atau malaria.
- Keringat malam. Gejala ini tidak khas pada anak, namun dapat terjadi. Tapi kita harus perhatikan pula, bila hanya keringat malam saja tanpa disertai dengan gejala-gejala umum lain, ini mungkin bukan merupakan gejala spesifik TBC pada anak.
Infeksi kuman TBC tidak terbatas pada
paru. Seluruh organ di tubuh dapat diserang oleh kuman ini. Oleh karena itu,
gejala khusus juga akan timbul tergantung pada organ yang terkena. Di bawah ini
adalah organ yang sering diserang kuman TBC pada anak-anak.
1.
Tuberkulosis kelenjar
TBC
jenis ini menyerang terbanyak di daerah leher, dengan gejala pembesaran
kelenjar getah bening yang banyak dengan diameter ≥ 1 cm. Biasanya benjolan itu saling melekat
sehingga berbentuk seperti kelereng yang berderet dengan konsistensi kenyal.
Benjolan ini tidak nyeri.
2.
Tuberkulosis otak dan selaput otak
(meningitis TBC)
Kuman
TBC juga gampang tersebar ke otak. Bila selaput otak yang terkena, anak akan
menunjukkan gejala rewel, sakit kepala, kaku, sampai kejang. Hal ini terjadi
akibat keterlibatan saraf-saraf otak yang terkena. Hati-hati bila anak
cenderung diam dan mengantuk. Itu adalah tanda anak mengalami penurunan
kesadaran
3.
Tuberkulosis tulang
Tergantung
dari bagian tulang yang terkena, seperti:
TBC
tulang belakang (spondilitis): penonjolan tulang belakang (gibbus).
TBC
tulang panggul (koksitis): pincang, gangguan berjalan, atau tanda peradangan di
daerah panggul.
TBC
tulang lutut (gonitis): pincang dan/atau bengkak pada lutut tanpa sebab yang
jelas.
TBC
tulang kaki dan tangan (spina ventosa/daktilitis): bengkak pada persendian
tangan atau kaki
4.
Skrofuloderma (tuberkulosis kulit)
Gejalanya
ditandai dengan adanya luka atau borok yang disertai dengan adanya
fistula/jembatan kulit antar tepi luka (skin bridge). Biasanya juga anak
disertai dengan demam karena proses infeksi yang berlangsung.
5.
Tuberkulosis usus
Adanya
gejala-gejala pencernaan, seperti kembung, diare, nyeri perut. Biasanya anak
sangat rewel. Komplikasi TBC usus adalah radang selaput perut yang biasa
disebut peritonitis TBC.
6.
Tuberkulosis ginjal
Dicurigai
bila ditemukan gejala gangguan pada organ ginjal yaitu gangguan buang air
kecil, urin yang terlalu pekat, dan nyeri pinggang tanpa sebab yang jelas dan
disertai kecurigaan adanya infeksi TBC.
Apa saja pemeriksaan yang diperlukan untuk memastikan
TBC pada anak?
- Uji tuberkulin (test mantoux )
- Foto rontgent dada, pemeriksaan rontgent dapat membantu diagnosis tetapi tidak dapat digunakan sebagai salah satunya alat diagnosis.
- Jika memungkinkan perlu dilakukan pemeriksaan dahak. Mengingat kesulitan mendapatkan dahak pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan yang sangat penting. Diagnosis TBC anak dapat ditegakkan dengan sistem skoring TBC anak.
Penting diketahui bahwa anak yang terkena TBC paru bukan
akibat tertular dari teman sebayanya, karena TBC pada anak tidak menular.
Anak- anak yang terkena TBC pasti karena tertular dari orang dewasa yang menderita
TBC paru.
Sumber penularan TBC
anak adalah pasien TBC paru dewasa
melalui percikan dahak.
Bagaimana mencegah TBC anak?
1.
Vaksinasi BCG
2.
Beri makanan yang bergizi dan seimbang
pada anak
3. Jaga lingkungan rumah bersih, tidak lembab
dan sinar matahari masuk ke dalam rumah
4.
Cari kemungkinan sumber penularan, antara
lain :
ü Orang dewasa serumah (orang tua, pembantu rumah
tangga, supir, dll)
ü Lingkungan sekolah (guru sekolah, satpam, guru les,
dll)
5. Pasien TBC dewasa diobati hingga tuntas
dan menggunakan masker selama dua bulan awal pengobatan. Cara terbaik mencegah
terjadinya TBC anak adalah dengan menemukan, mendiagnosa, dan mengobati TBC
dewasa secara tuntas. Gagasan itu muncul karena pada umumnya anak
terinfeksi TBC setelah terpapar dari orang dewasa dengan sputum positif kuman TBC.
Ketika seorang anak sudah menderita TBC aktif maka seluruh anggota keluarga dan
orang lain yang kontak dekat dengan anak tersebut harus diperiksa untuk mencari
sumber penularan lalu diobati. Dengan demikian, rantai penularan dapat terputus
sedini mungkin.
Masalah TBC pada anak memang masih dipandang sebelah
mata oleh masyarakat di dunia karena anak yang menderita TBC tidak mudah
menularkan ke orang sekitarnya. Padahal bukan penularan yang menjadi masalah,
melainkan diagnosis yang sulit. Masihkah kita memicingkan mata terhadap situasi
tersebut?
Referensi :
1. https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/tuberculosis-TBCc/mengenal-gejala-tuberkulosis-pada-anak
2. https://lifestyle.kompas.com/read/2013/04/25/16494439/Perbedaan.Tuberkulosis.pada.Anak.dan.Dewasa.
3. https://lifestyle.kompas.com/read/2013/04/23/16261473/Tuberkulosis.pada.Anak.Perlu.Perhatian.
Komentar
Posting Komentar