Temukan Kasus TB Sejak Dini, Obati Sampai Sembuh
TEMUKAN KASUS TB SEJAK DINI, OBATI SAMPAI SEMBUH
Untuk mencapai target “Indonesia Bebas TB 2050”, peran serta masyarakat
sangat diperlukan, terutama dalam membantu menemukan kasus TB sejak dini dan membantu
melakukan pengawasan terhadap pengobatan pasien TB sampai sembuh, agar rantai
penularan TB di Indonesia dapat dihentikan.
TB atau yang lebih dikenal dengan TBC (Tuberkulosis), sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Berbagai upaya telah dilakukan namun belum mencapai hasil yang maksimal. Bahkan menurut data dari WHO Global Tuberculosis Report 2016 menyatakan bahwa
Indonesia dengan jumlah penduduk 254.831.222, menempati posisi kedua dengan
beban TB tertinggi di dunia.
Beberapa hal yang mungkin menjadi penyebab masih tingginya kejadian TB di Indonesia antara lain :
- Masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui tentang TB dan bagaimana tanda / gejalanya.
- Belum baiknya pengetahuan masyarakat tentang TB dan adanya pengobatan gratis. Hal ini mengakibatkan terlambatnya mereka mencari pengobatan atau tidak berobat.
BAGAIMANA MENEMUKAN TB SEJAK DINI?
Untuk bisa menemukan orang yang terduga TB, maka kita harus mengetahui apa saja tanda / gejala penyakit TB.
Tanda dan Gejala Penyakit TB :
u
Gejala Utama Penyakit TB : Batuk terus menerus
dan berdahak minimal 2 minggu atau lebih. Setiap orang dengan gejala tersebut,
dianggap suspek (terduga/tersangka) TB, dan dianjurkan untuk segera memeriksakan
diri.
u
Gejala lain : batuk bercampur darah, sesak napas
dan nyeri di dada, nafsu makan berkurang, badan terasa lemah, berat badan
menurun, demam yang tidak sembuh-sembuh, berkeringat di malam hari walaupun
tidak melakukan kegiatan.
u
Paling mudah untuk mengetahui seseorang terkena
TB adalah jika dia berkeringat pada malam hari tanpa penyebab yang jelas.
Walaupun tidak bisa langsung ditetapkan sebagai TB, tapi itu salah satu
pertanda.
u
Jika ada gejala – gejala seperti yang tersebut
diatas langsung segera periksa, supaya dapat segera diobati dan tidak menulari
orang lain.
Kebanyakan orang menganggap gejala batuk yang tidak sembuh – sembuh itu sebagai gangguan kesehatan ringan atau biasa, dan seringkali hanya diobati dengan obat batuk biasa yang dibeli di warung. Padahal mungkin saja orang tersebut sudah terkena TB. Bila tidak segera ditangani dapat membahayakan diri dan orang yang ada disekitarnya. Karena penyakit TB mudah sekali menular melalui udara. Saat orang yang terkena TB batuk atau bersin, percikan ludah mengandung kuman TB dapat keluar dan menulari orang disekitarnya.
Untuk
itu, mari kita ikut peduli dan membantu mengendalikan TB. Amati keluarga dan lingkungan
sekitar, jika ada yang menunjukkan gejala TB seperti diatas segera sarankan
untuk melakukan pemeriksaan TB.
Pemeriksaan
TB dapat dilakukan di Puskesmas, BKPM (Balai Kesehatan Paru Masyarakat) dan
Rumah Sakit dengan pemeriksaan dahak (riak).
Masyarakat
juga diharapkan lebih mengenal penyakit TB, apa penyebabnya, bagaimana tanda/ gejala, penularan dan
pencegahannya. Karena hanya dengan mengenalinya, kita bisa mencegah dan mengendalikan.
Setelah menemukan penderita TB, peran kita selanjutnya
adalah membantu dan memastikan para penderita TB dapat diobati sampai sembuh.
Ini adalah satu – satunya cara untuk mengendalikan penyakit TB. Sebab penderita
TB adalah satu-satunya sumber penularan penyakit TB. Jika penderitanya diobati,
maka tidak ada lagi yang akan menyebarkan kuman TB.
Namun hal ini tidak semudah yang dibayangkan. Pengobatan TB
membutuhkan waktu selama 6 – 8 bulan. Selain waktu pengobatan yang lama, jumlah
obat yang harus diminum setiap harinya tidak sedikit. Belum lagi efek samping
yang kadang ditimbulkan semakin mempersulit penderita yang ingin sembuh dari
TB.
PUTUS BEROBAT
Selain karena banyaknya obat yang harus diminum, waktu
pengobatan yang lama, efek samping obat, kebanyakan penderita putus obat karena
faktor non medis, yaitu ketika kondisi tubuh sudah mulai membaik setelah dua
bulan pengobatan seringkali dianggap bahwa penyakitnya telah sembuh dan
akhirnya berhenti berobat.
Penderita TB yang putus obat dapat merugikan diri sendiri
dan orang disekitarnya. Risiko yang mungkin terjadi saat putus obat:
1. Tidak akan sembuh
2. Penyakit menjadi semakin parah3. Kuman menjadi kebal obat
4. Menjadi sumber penularan bagi orang lain
5. Pengobatan menjadi semakin lama, semakin mahal, kemungkinan sembuh semakin kecil
6. Penderita harus mengulang pengobatan dari awal
Hal tersebut diatas dapat dicegah, jika semua orang peduli
dan ikut membantu pengendalian TB.
Hari Tuberkulosis Sedunia atau World TB day, akan diperingati kembali pada tanggal 24 Maret 2017.
Peringatan Hari TB Sedunia, ditujukan untuk membangun kesadaran umum tentang Tuberkulosis serta usaha-usaha untuk mengurangi penyebaran wabah tersebut.
Tunjukkan kepedulianmu dengan cari tau tentang TB, mau peduli untuk mencegah TB,, dimulai dari diri sendiri dan keluarga.
Hari Tuberkulosis Sedunia atau World TB day, akan diperingati kembali pada tanggal 24 Maret 2017.
Peringatan Hari TB Sedunia, ditujukan untuk membangun kesadaran umum tentang Tuberkulosis serta usaha-usaha untuk mengurangi penyebaran wabah tersebut.
Tunjukkan kepedulianmu dengan cari tau tentang TB, mau peduli untuk mencegah TB,, dimulai dari diri sendiri dan keluarga.
Komentar
Posting Komentar