PENEMUAN AKTIF TUBERKULOSIS SECARA INTENSIF DAN MASIF BERBASIS KELUARGA DAN MASYARAKAT


Untuk mencapai eliminasi TB di Indonesia, beberapa upaya percepatan akan dilakukan antara lain memperlakukan TB seperti isu Stunting, menjadikan TB sebagai bagian dari komunikasi publik sehingga TB bukan hanya merupakan masalah kesehatan. Bukan hanya itu, keluarga dan masyarakat diharapkan mau dan mampu berperan mewujudkan Indonesia Bebas TB.
Kemauan dan kemampuan masyarakat untuk ikut berperang melawan tuberkulosis bukan hal yang tidak mungkin dicapai.
Pelibatan kader dalam program penanggulangan TB merupakan salah satu upaya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan melalui kegiatan menginformasikan, mempengaruhi dan membantu masyarakat agar berperan aktif dalam penemuan dan pendampingan pasien TB. Peran aktif kader ini akan dapat dipenuhi dengan membekali kader kesehatan pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Pengetahuan dan keterampilan tersebut salah satunya dapat diperoleh melalui pelatihan atau penyuluhan penemuan dan pendampingan pasien TB bagi kader kesehatan.

Kader sebagai ujung tombak pengendalian pencegahan penyakit TB di masyarakat dapat berperan aktif dengan cara : 
  1. Memberikan edukasi dan informasi tentang TB kepada masyarakat
  2. Membantu pelacakan kontak erat pasien TB
  3. Mendampingi orang terduga TB untuk memeriksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan
  4. Dukungan motivasi sebagai Pengawas Menelan Obat anti TB.
TB  masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia yang juga menjadi tantangan global. Pemerintah Indonesia menetapkan TB sebagai salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama. Indonesia merupakan salah satu dari negara dengan beban penyakit TB tertinggi di dunia.

Permasalahan pengendalian TB yang sampai sekarang masih terjadi antara lain rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pencegahan penyakit TB. Hal ini sebagai akibat rendahnya pengetahun masyarakat tentang penyakit TB. Juga tingginya angka putus berobat pada pasien TB. Untuk itu pemberian informasi secara terus  menerus penting dilakukan.

Bagaimana keluarga atau masyarakat dapat berperan dalam menemukan penyakit TB secara aktif?
Caranya tidak sulit, yaitu dengan memami tanda / gejala awal penyakit TBC.
1.        Mengetahui Gejala Awal Penyakit TBC
Deteksi paling awal yang bisa dilakukan adalah mengetahui gejala permulaannya. TBC umumnya ditandai dengan batuk berdahak yang terjadi dalam kurun waktu lama, sekitar 2 minggu atau lebih dan tidak sembuh - sembuh. Gejala tersebut kadang juga dibarengi dengan sesak napas, nyeri di dada, nafsu makan menurun drastis, hingga keringat di malam hari meski tak beraktivitas bahkan, kalau sudah parah dapat muncul batuk berdahak disertai darah. Semua gejala tersebut tanda bahwa kamu atau kerabatmu perlu segera periksa ke layanan kesehatan terdekat.
2.        Pemeriksaan Laboratorium ke Puskesmas atau Balai Paru
Setelah memeriksakan diri ke layanan kesehatan, biasanya dokter akan memastikan diagnosis lewat pemeriksaan labarotorium. Tenaga laboratorium akan melakukan pemeriksaan bakteriologi pada dahak penderita. Uji dahak ini untuk menentukan apakah seseorang positif terkena TBC, menentukan potensi penularan, juga menilai keberhasilan pengobatan.
Ada pula Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) TBC. Pemeriksaan ini menggunakan metode Xpert MTB/RIF. Sama halnya dengan uji dahak, TCM memiliki fungsi untuk menegakkan diagnosis. Hanya, pengujian ini tidak bisa dimanfaatkan untuk mengevaluasi hasil pengobatan.
3.        Pemeriksaan Penunjang (bila perlu)
Untuk memastikan diagnosis TBC, sekaligus langkah penanganan yang lebih tepat, biasanya juga dilakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan ini biasanya mencakup pemeriksaan foto rontgen paru - paru. Selain itu, kadang dilakukan pemeriksaan histopatologi pada kasus yang dicurigai TBC ekstraparu.
4.        Uji Kepekaan Obat
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan ada tidaknya resistensi Mycobacterium tuberculosis terhadap obat anti tuberkulosis. Namun, pengujian ini hanya bisa dilakukan di laboratorium yang telah lulus uji pemantapan mutu (Quality Assurance), serta telah mendapatkan sertifikat nasional maupun internasional.
Dari sini dapat diketahui alasan kenapa pengobatan TBC begitu mahal. Beruntungnya di Indonesia obat anti tuberkulosis bisa didapatkan secara gratis di layanan kesehatan seperti puskesmas, balai kesehatan paru masyarakat (BKPM) atau rumah sakit. Tinggal tugas penderita TBC, adalah meminum obat secara rutin sampai tuntas sesuai arahan petugas kesehatan, agar bisa sembuh.



Daftar Pustaka : http://www.tbindonesia.or.id/

Komentar

Postingan Populer