DETEKSI DINI PENYAKIT TUBERCULOSIS PARU


MASYARAKAT HARUS BISA MENDETEKSI SEDINI MUNGKIN PENYAKIT TBC

Mengapa masyarakat harus ikut berperan mengendalikan TBC?
Berdasarkan laporan WHO 2017 diperkirakan ada 1.020.000 kasus TBC di Indonesia, namun baru sepertiganya yang berhasil ditemukan dan menjalani pengobatan. Angka penemuan TBC tersebut masih jauh dari harapan. Padahal idealnya semua penderita TBC harus ditemukan dan menjalani pengobatan supaya tidak menularkan penyakitnya ke orang lain.
Karena itu, gerakan Temukan Obati Sampai Sembuh (TOSS) TB sangat dibutuhkan dan perlu dilakukan oleh seluruh masyarakat. Disinilah masyarakat diharapkan ikut berperan untuk membantu menemukan penderita TBC.
Untuk mewujudkan Jawa Tengah Bebas TB dan Indonesia Bebas TB butuh keterlibatan semua warga masyarakat.

Masyarakat harus bisa mendeteksi sedini mungkin penyakit TBC. Mengapa harus secara dini? Atau  Mengapa harus sesegera mungkin?
1.   agar penderita TBC dapat segera diobati dan tidak menulari orang disekitarnya.
2.   agar penyakit TBC tidak semakin parah.
3.   agar penyakit TBC lebih mudah disembuhkan. Lebih cepat diobati tentunya lebih mudah disembuhkan.
Penyakit tuberkulosis paru bersifat menular, dimana orang yang sering melakukan kontak langsung dengan penderita rentan sekali untuk tertular. Penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi berbahaya hingga kematian apabila tidak segera terdeteksi dan tidak dilakukan pengobatan secara tuntas. Untuk itu deteksi dini sangat penting dilakukan.

Bagaimana cara melakukannya?
Belajar deteksi dini tidak sulit, dan bisa dilakukan dengan mudah yaitu dengan memami tanda / gejala awal penyakit TBC.
1.      Mengetahui Gejala Awal Penyakit TBC
Deteksi paling awal yang bisa dilakukan adalah mengetahui gejala permulaannya. TBC umumnya ditandai dengan batuk berdahak yang terjadi dalam kurun waktu lama, sekitar 2 minggu atau lebih dan tidak sembuh - sembuh. Gejala tersebut kadang juga dibarengi dengan sesak napas, nyeri di dada, nafsu makan menurun drastis, hingga keringat di malam hari meski tak beraktivitas bahkan, kalau sudah parah dapat muncul batuk berdahak disertai darah. Semua gejala tersebut tanda bahwa kamu atau kerabatmu perlu segera periksa ke layanan kesehatan terdekat.
2.      Pemeriksaan Laboratorium ke Puskesmas atau Balai Paru
Setelah memeriksakan diri ke layanan kesehatan, biasanya dokter akan memastikan diagnosis lewat pemeriksaan labarotorium. Tenaga laboratorium akan melakukan pemeriksaan bakteriologi pada dahak penderita. Uji dahak ini untuk menentukan apakah seseorang positif terkena TBC, menentukan potensi penularan, juga menilai keberhasilan pengobatan.
Ada pula Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) TBC. Pemeriksaan ini menggunakan metode Xpert MTB/RIF. Sama halnya dengan uji dahak, TCM memiliki fungsi untuk menegakkan diagnosis. Hanya, pengujian ini tidak bisa dimanfaatkan untuk mengevaluasi hasil pengobatan.
3.      Pemeriksaan Penunjang (bila perlu)
Untuk memastikan diagnosis TBC, sekaligus langkah penanganan yang lebih tepat, biasanya juga dilakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan ini biasanya mencakup pemeriksaan foto rontgen paru - paru. Selain itu, kadang dilakukan pemeriksaan histopatologi pada kasus yang dicurigai TBC ekstraparu.
4.      Uji Kepekaan Obat
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan ada tidaknya resistensi Mycobacterium tuberculosis terhadap obat anti tuberkulosis. Namun, pengujian ini hanya bisa dilakukan di laboratorium yang telah lulus uji pemantapan mutu (Quality Assurance), serta telah mendapatkan sertifikat nasional maupun internasional.
Dari sini dapat diketahui alasan kenapa pengobatan TBC begitu mahal. Beruntungnya di Indonesia obat anti tuberkulosis bisa didapatkan secara gratis di layanan kesehatan seperti puskesmas, balai kesehatan paru masyarakat (BKPM) atau rumah sakit. Tinggal tugas penderita TBC, adalah meminum obat secara rutin sampai tuntas sesuai arahan petugas kesehatan, agar bisa sembuh.

MEMAHAMI GEJALA TBC PADA ANAK - ANAK
Tidak mudah mengenali tuberkulosis (TBC) pada anak karena gejalanya yang tidak khas seperti pada TB orang dewasa.

Dua cara deteksi awal tuberkulosis pada anak.

Kasus TBC pada anak layaknya bongkahan gunung es di lautan. Jumlahnya banyak, namun sering kali orangtua terlambat mengenali. Sebenarnya ada dua pendekatan yang cukup mudah yang dapat kita lakukan sebagai deteksi awal, yaitu melakukan pengamatan terhadap anak yang kontak erat dengan penderita TBC dewasa aktif dan menular, serta anak yang datang ke pelayanan kesehatan dengan gejala dan tanda klinis yang mengarah ke TBC.

1.      Anak yang kontak erat dengan pasien TBC menular.
Kontak erat yang dimaksud adalah anak yang tinggal serumah atau sering bertemu dengan penderitaTB menular, misalnya anggota keluarga, tetangga, atau kerabat yang sehari-hari berinteraksi dengan anak. Laporkan segera bila di rumah Anda ada yang menderita TB menular, baik TB paru atau TB lainnya. Biasanya TB menular diderita oleh pasien dewasa yang hasil pemeriksaan dahaknya menunjukkan adanya kuman (biasanya disebut BTA positif). Walaupun anak tidak menunjukkan gejala sakit, Anda wajib memeriksakan anak pada dokter untuk dilakukan skrining TB dan upaya pencegahan.

2.      Anak yang menunjukkan tanda dan gejala klinis yang mengarah ke TBC
TBC anak merupakan penyakit infeksi sistemik, dan organ yang paling sering terkena adalah paru, walaupun organ lain juga dapat terserang kuman ini. Gejala klinis penyakit TB pada anak dapat berupa gejala sistemik/umum atau sesuai organ terkait.

Gejala umum tuberkulosis pada anak
Gejala umum tuberkulosis pada anak adalah nafsu makan berkurang atau tidak ada sama sekali (anoreksia), disertai gagal tumbuh. Berbeda dengan orang dewasa yang gejala utamanya batuk lama, pada TB anak gejala pertama yang dikenali orangtua adalah pertumbuhan anak yang lebih kecil dari seusianya. Anak terlihat kurus.
Beberapa gejala lain yang sering muncul pada TBC anak :
1)     Permasalahan berat badan
Berat badan turun selama 2-3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas ATAU berat badan tidak naik dengan cukup, ATAU berat badan tidak naik dalam 1 bulan setelah upaya perbaikan gizi yang baik.
2)     Lesu atau malaise. Anak terlihat malas dan tidak bertenaga melakukan kegiatan. Anak pun terlihat kurang aktif jika diajak bermain.
3)     Batuk lama 3 minggu atau lebih. Batuk bersifat non-remitting yaitu batuk yang tidak pernah reda dan semakin lama semakin parah.
4)     Demam lama (2 minggu atau lebih) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas. Demam umumnya tidak tinggi (badan hangat saja) dan berlangsung lama. Dapat pula disertai keringat malam. Demam yang dialami tidak disebabkan oleh demam tifoid (tipes), infeksi saluran kemih, atau malaria.
5)     Keringat malam. Gejala ini tidak khas pada anak, namun dapat terjadi. Tapi kita harus perhatikan pula, bila hanya keringat malam saja tanpa disertai dengan gejala-gejala umum lain, ini mungkin bukan merupakan gejala spesifik TB pada anak.

Gejala pada anak jika kuman TB menyerang organ tubuh lain
Infeksi kuman TB tidak terbatas pada paru. Seluruh organ di tubuh dapat diserang oleh kuman ini. Oleh karena itu, gejala khusus juga akan timbul tergantung pada organ yang terkena. Di bawah ini adalah organ yang sering diserang kuman TB pada anak-anak.
(1)    Tuberkulosis kelenjar
TB jenis ini menyerang terbanyak di daerah leher, dengan gejala pembesaran kelenjar getah bening yang banyak dengan diameter  ≥ 1 cm. Biasanya benjolan itu saling melekat sehingga berbentuk seperti kelereng yang berderet dengan konsistensi kenyal. Benjolan ini tidak nyeri.
(2)    Tuberkulosis otak dan selaput otak (meningitis TB)
Kuman TB juga gampang tersebar ke otak. Bila selaput otak yang terkena, anak akan menunjukkan gejala rewel, sakit kepala, kaku, sampai kejang. Hal ini terjadi akibat keterlibatan saraf-saraf otak yang terkena. Hati-hati bila anak cenderung diam dan mengantuk. Itu adalah tanda anak mengalami penurunan kesadaran
(3)     Tuberkulosis tulang
Tergantung dari bagian tulang yang terkena, seperti:
TB tulang belakang (spondilitis): penonjolan tulang belakang (gibbus).
TB tulang panggul (koksitis): pincang, gangguan berjalan, atau tanda peradangan di daerah panggul.
TB tulang lutut (gonitis): pincang dan/atau bengkak pada lutut tanpa sebab yang jelas.
TB tulang kaki dan tangan (spina ventosa/daktilitis): bengkak pada persendian tangan atau kaki
(4)     Skrofuloderma (tuberkulosis kulit)
Gejalanya ditandai dengan adanya luka atau borok yang disertai dengan adanya fistula/jembatan kulit antar tepi luka (skin bridge). Biasanya juga anak disertai dengan demam karena proses infeksi yang berlangsung.
(5)    Tuberkulosis usus
Adanya gejala-gejala pencernaan, seperti kembung, diare, nyeri perut. Biasanya anak sangat rewel. Komplikasi TB usus adalah radang selaput perut yang biasa disebut peritonitis TB.
(6)    Tuberkulosis ginjal
Dicurigai bila ditemukan gejala gangguan pada organ ginjal yaitu gangguan buang air kecil, urin yang terlalu pekat, dan nyeri pinggang tanpa sebab yang jelas dan disertai kecurigaan adanya infeksi TB.


Daftar Pustaka : http://www.tbindonesia.or.id/

Komentar

Postingan Populer