TB Resisten Obat


Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita TB paru terbanyak ke 3 di dunia setelah India dan Cina. Masalah pengendalian TB belum dapat diatasi, sudah muncul masalah baru yaitu adanya TB Resisten Obat atau TB Kebal Obat.
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang menyebar dari orang ke orang melalui udara. Terkadang bakteri TB menjadi resisten terhadap OAT (obat anti TB). Ini berarti bahwa obat tidak bisa lagi membunuh bakteri tersebut. Lantas, bagaimana cara menyembuhkan penderita TB kalau kumannya sudah tidak mempan lagi dengan obat TB?
Apa itu TB Resisten Obat?

TB resisten obat adalah penyakit TB yang disebabkan mycobacterium tuberculosis yang sudah mengalami kekebalan terhadap OAT. Artinya, obat tersebut tak lagi dapat membunuh kuman penyebab penyakitnya.
TB resisten obat ada beberapa tingkatan, yaitu TB MDR dan TB XDR.
TB MDR resisten terhadap 2 OAT paling potensial yaitu INH dan Rifampisin secara bersamaan atau disertai resisten pula terhadap OAT lini pertama lainnya yaitu etambutol, streptomisin, pirazinamid. Dalam bahasa sederhananya TB MDR adalah TB yang kumannya sudah kebal terhadap 2 jenis obat TB.
Mengapa ini bisa terjadi?
TB resisten bisa terjadi akibat pengobatan TB yang tidak tepat atau tidak standar. Misalnya akibat pasien tidak meminum obat dengan disiplin atau menghentikan pengobatan sebelum saatnya. Resiko yang mungkin terjadi karena menghentikan pengobatan:
1.        TB tidak sembuh sembuh;
2.        TB kambuh lagi, karena pengobatan belum tuntas;
3.        Penderita tetap dapat menularkan penyakitnya ke orang disekitar, karena kuman TB belum sepenuhnya mati.
4.        Kuman TB dapat menjadi kebal obat, sehingga penyakit lebih sulit disembuhkan.
Ada TB MDR ada pula TB XDR.
Apa itu TB XDR?
Extensively drug-resistant tuberculosis TB (TB-XDR) yang resistan terhadap obat secara luas adalah jenis langka TB MDR yang resisten terhadap isoniazid dan rifampisin, ditambah fluorokuinolon apapun dan setidaknya salah satu dari tiga injeksi obat lini kedua (yaitu amikasin , kanamisin, atau kapreomisin ).
Karena XDR TB resistan terhadap obat TB yang paling ampuh, pilihan yang tersisa adalah pengobatan yang jauh kurang efektif.  XDR TB menjadi perhatian khusus bagi orang-orang dengan infeksi HIV atau kondisi lain yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh.
Penyebab dan Penularannya
Apa Penyebab TB Resisten?
1.      Terlambatnya diagnosis dan isolasi.
       Keterlambatan diagnosis ini seringkali disebabkan karena penderita tidak tahu bahwa dirinya terkena TB dan terlambat mencari pengobatan. Hal ini juga bisa terjadi karena penderita merasa malu dan takut karena menderita penyakit TB, sehingga menunda-menunda dan tidak segera berobat.
2.      Penggunaan paduan obat yang tidak tepat, misalnya saja: pengobatan awal yang tidak tepat.
3.      Kurang patuh dan pengobatan tidak lengkap
4.      Gagal mengisolasi penderita MDR TB
5.      Pelaksanaan DOTS yang kurang baik
6.      Kurangnya pengetahuan tentang TB
Bagaimana penularannya?
Penularannya sama dengan TB pada umumnya, pasien TB MDR/XDR dapat menularkan kuman resisten terhadap orang lain. TB MDR menular melalui udara dari satu orang ke orang lain. Bakteri kebal obat ini dimasukkan ke udara ketika orang dengan penyakit TBC paru-paru atau tenggorokan batuk, bersin, berbicara, atau bernyanyi. Orang-orang terdekat dapat menghirup bakteri ini dan menjadi terinfeksi.
Risikonya apa jika terkena?
Apa risiko jika seseorang terlanjur terkena TB resisten?
  1. Kuman TB sudah menjadi sangat kuat dan superbandel, pengobatan menjadi lebih lama. Tak cukup waktu enam bulan, namun 18-24 bulan. Ini tentu bukan waktu yang singkat. Makanya pasien TB khususnya TB resisten membutuhkan support yang luar biasa dari sekitarnya.
  2. Obat untuk membasmi TB yang superbandel ini juga lebih mahal. Kurang lebih 100 kali lipat biaya pengobatan TB biasa.
  3. Pengobatan lebih sulit, paduannya lebih rumit, jumlah obat lebih banyak, efek samping pengobatan menjadi lebih berat.
Siapa Yang Berisiko ?
Semua orang memiliki risiko TB resisten obat, namun ini lebih sering terjadi pada:
1.      Penderita TB yang tidak melakukan pengobatan secara teratur sesuai anjuran petugas
2.      Sakit TB yang berulang
3.      Berasal dari daerah yg mempunyai beban TB resisten obat, yang tinggi
4.      Kontak erat dengan Penderita TB MDR
Bagaimana mencegah?
Pencegahan ini adalah upaya utama dalam pengendalian TB resisten obat. Cara terpenting untuk mencegah penyebaran TB yang resisten terhadap obat adalah dengan mengkonsumsi semua obat TB persis seperti yang dianjurkan oleh petugas kesehatan. Tidak boleh ada dosis dilewatkan, pengobatan tidak boleh dihentikan lebih awal .
Pasien atau PMO (Pengawas Minum Obat) harus segera memberitahukan dokter atau petugas kesehatan jika terjadi efek samping pengobatan, atau jika mereka mengalami kesulitan meminum obat. Dengan demikian dapat dijamin pengobatan dapat berkesinambungan.
Fasilitas pelayanan kesehatan dapat membantu mencegah TB yang resistan terhadap obat dengan cepat mendiagnosa kasus, mengikuti pedoman pengobatan yang dianjurkan, memonitor respons pasien terhadap pengobatan, dan memastikan terapi selesai atau pasien telah sembuh sempurna sebelum benar-benar menghentikan pengobatan.
Cara lain untuk mencegah TB resistan obat adalah dengan cara menghindari paparan pasien TB yang resisten obat di tempat-tempat tertutup atau ramai seperti rumah sakit, penjara, atau tempat penampungan tunawisma.
Adakah Harapan Sembuh?
Jawabannya ADA! Peluang kesembuhan pengobatan TB MDR berkisar 60-70 persen, Memang sih, masih lebih rendah dari TB biasa yang bisa mencapai di atas 90 persen. Kesembuhan TB XDR juga tak setinggi TB MDR.
Secara global, angka kesembuhan TB XDR adalah 40-50 persen, tergantung seberapa berat penyakitnya, status kekebalan tubuh, serta berapa banyak obat antituberkulosis lini pertama dan kedua yang sudah tak bisa lagi digunakan. Di Indonesia, angka yang ada sekarang, kesembuhannya mencapai sekitar 60 persen.
Lalu bagaimana TB MDR diobati?
Pasien tuberkulosis yang disebabkan kuman resisten obat (khususnya MDR) seharusnya diobati dengan paduan obat khusus yang mengandung obat anti tuberkulosis lini kedua.
Paling tidak harus digunakan empat obat yg masih efektif dan pengobatan harus diberikan paling sedikit 18 bulan. Dan harus dipastikan kepatuhan pasien terhadap pengobatan.
Dimana bisa mengobati TB MDR?
Di Indonesia sudah tersedia Rumah Sakit rujukan pengobatan TB Resisten yang sudah relatif menjangkau hampir semua daerah. Berikut ini daftar beberapa Rumah Sakit di beberapa kota di Indonesia yang merupakan RS rujukan pengobatan TB MDR.
1.      Sumatera Utara RS Adam Malik
2.      Sumatera Barat RS Achmad Muchtar
3.      Riau RS Arifin Achmad
4.      Bangka Belitunga RS Depati Hamzah, Pangkal Pinang
5.      DKI Jakarta RS Persahabatan
6.      Jawa Barat RSUD Hasan Sadikin, Bandung
7.      Jawa Tengah RS Moewardi, Surakarta
8.      Yogyakarta RS dr Sardjito
9.      Jawa Timur, RS dr Sutomo, Surabaya
10.  Jawa Timur RS Syaiful Anwar, Malang
11.  Bali RS Sanglah
12.  Sulawesi Selatan RSUD Labuang Baji, Makassar
13.  Papua RSUD Dok II Jayapura
Apa Yang Bisa Kita Lakukan?
Upaya pencegahan dan pengobatan terhadap TB Resisten mutlak harus didukung semua komponen masyarakat. Bukan hanya pasien dan keluarganya atau pemerintah dengan berbagai program pengendalian TB nya. Kita semua dapat berkontribusi positif. Apa saja yang bisa kita lakukan untuk mencegah dan mengatasi TB, khususnya TB Resisten?
·         Jika menemukan seseorang, teman, tetangga atau kerabat menunjukkan gejala TB, segera anjurkan untuk mendapatkan pemeriksaan di fasilitas kesehatan terdekat. Deteksi dini terhadap kasus TB adalah salah satu kunci keberhasilan pengendalian TB.
·         Saat mengetahui ada orang yang sudah terdiagnosa TB di sekitar kita, berikan dukungan, berikan semangat agar dia dapat berobat hingga benar-benar sembuh dan kuman tak sampai menjadi kuman resisten
·         Kuman TB ada dimana-mana, tetapi saat kekebalan tubuh kita baik, ia tak mampu membuat kita sakit. Maka, jaga pola hidup secara keseluruhan dengan cara : menjaga pola makan yang baik, cukup istirahat, manajemen stres, olah raga dan selalu berpikir positif. Keseluruhan faktor tersebut dapat mendukung tubuh kita untuk mencapai kekebalan tubuh yang optimal.
·         Jangan lupakan faktor lingkungan, ingat kuman TB tak mampu bertahan dalam lingkungan berlimpah sinar matahari. Maka upayakan rumah dan lingkungan kita mendapatkan cukup sinar matahari.
·         Sebarkan informasi! Informasi yang benar dan proporsional tentang TB masih sangat dibutuhkan di masyarakat kita. Walau kita bukan seseorang dari dunia kesehatan, kita bisa ikut mensosialisasikan informasi-informasi penting tentang TB, misalnya lewat :
ü  Pertemuan PKK atau pengajian Ibu-ibu di lingkungan kita
ü  Share link-link yang mengandung informasi tentang TB di sosmed
ü  Menulis tentang TB di media massa
Referensi:
www,ppti.info/2010/07/mekanisme-dan-diagnosis-multidrug,html
www,tbindonesia.or.id
www,stoptbindonesia.org
www,depkes.go.id
www,pppl.kemkes.go.id

Komentar

Postingan Populer